Wednesday, December 5, 2012

Resensi La Taias for Akhwat-Muslimat, Tersenyumlah!


Judul                        : La Taias for Akhwat – Muslimat, Tersenyumlah!
Penulis                     : Honey Miftahuljannah
Penerbit                  : Penerbit Kalil (Imprint PT. Gramedia Pustaka Utama), Jakarta
Cetakan                   : 1, Jakarta 2012
Tebal                       : 192 Halaman
Harga Normal          : Rp 45.00,00
Harga Online           : Rp 40.500,00



Buku Bergenre non fiksi ini adalah kumpulan kisah penguat hati dengan cover bernuansa merah muda, putih, dan motif bunga-bunga. Buku ini bisa menjadi pilihan bacaan yang menawan bagi perempuan (akhwat). Ini adalah salah satu dari seri La Taias (Jangan Putus Asa). Kisah-kisah tentang perjalanan hidup yang seru, konyol, juga cinta yang menyentuh dalam buku ini terbagi dalam enam bab, yaitu ‘Ya, kamu Spesial!’, ‘Ketika Aku Berjilbab’, ‘Sampaikanlah Walaupun Satu Ayat,’ Cinta, Bertasbihlah!’, Girls, Please Don’t Cry’, ‘The Inspiring Women’. Para pembaca bisa mulai membaca dari bab mana saja. Di setiap kisahnya, penulis mengutip beberapa kata mutiara, pesan bermakna, hadits, penggalan kisah Rasulullah SAW. Beserta sahabatnya dan ayat Al-qur’an.
Salah satu kisah yang cukup menarik ada di Bab 2 “Ketika Aku Berjilbab” adalah Balada Si Jilbab Gaul. Pengalaman seseorang dalam kisah ini memberikan gambaran tentang makna jilbab masa kini. Banyak kita temui para akhwat berjilbab, namun terkesan masih mengundang perbuatan tak terpuji kaum Adam. Seorang ahwat berjilbab dengan pakaian yang biasa saja namun sesuai tuntunan agama, sementara akhwat lain lebih terlihat up-to-date dengan jilbabnya. Realita mode dan fashion jilbab di dalam masyarakat sekarang ini menjadi sebuah sorotan sekaligus renungan jika dikaitkan dengan kisah ini.
Cukup banyak akhwat yang mengikuti tren hijab yang memikat sehingga tampilan lebih stylish, namun kurang syar’i. Kisah ini memberi pencerahan bahwa pakaian dan jilbab gaul ternyata tak menjamin keselamatan diri akhwat, dan hal tersebut merupakan ujian dalam proses berjilbab.
Hal ini membuat pembaca memahami kembali makna pemakaian jilbab yang jelas tercantum dalam QS. An-Nur (24) : 31. Ayat ini dikutip oleh penulis dihalaman kisah ini. Akhwat akan merasa nyaman dengan pakaian tertutup dan jilbabnya jika sesuai syar’i. Bab tentang jilbab ini juga menghadirkan beberapa kisah lain tentang perjuangan akhwat memakai jilbab, kerikil yang mereka temui dalam perjalanan spiritualnya, juga hidayah dan hikmah yang mereka peroleh. Semuanya tersaji dengan bahasa yang ringan, tidak membosakan dan pembaca akan terisnpirasi dari kisah-kisah tersebut.
Bab 5 “Girls, Please Don’t Cry” menjadi kisah yang juga menarik bahwa saya pribadi. Bab ini menyajikan kisah-kisah duka atas cobaan yang dialami akhwat. Salah satu kisahnya berjudul “Pelangiku Masihkah Tujuh Warna?”. Tentang seorang akhwat yang telah hamil sebelum menikah. Dia merasa sangat berdosa dan segera mengadu pada-Nya, lalu memohon ampun pada kedua orangtuanya. Kasih sayang Allah SWT. senantiasa menaunginya. Sang papa memaafkannya dan berkata bahwa beliau beserta mama akan selalu ada disampingnya. Ayah dari bayi yang dikandungnya hadir setelah berbulan-bulan tak memberi kabar. Dia kembali untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Sang akhwat hanya mampu bertasbih pada-Nya atasa kesadaran Ayah bayinya. Kutipan QS. Ar-Rahman (55) : 13 menjadi bagian yang paling bermakna dari kisah ini.
Bagian akhir buku ini tertulis Duhai Muslimat, Karena kita indah, karena kita istimewa, karena kita terhormat, sehingga Allah memilih kita untuk berada di sini. Jadi tersenyumlah. Dan sambut hari indah dalam belaian cinta-Nya. Ukhti, La Taias, janganlah kamu berputus asa. Karena muslimat adalah makhluk yang paling indah  dan bahagia diseluruh dunia.

Buku ini akan menjadi penguat hati akhwat dalam perjalanan hidup.

Selamat membaca, Ukhti!

Load disqus comments

0 comments